بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kamis, 01 November 2012

Mungkin Terlihat Kecil, namun Besar Dampaknya


Akhirnya aku dapat meluangkan waktu untuk menulis lagi. UTS kali ini sungguh membawa berkah yang luar biasa. Bukan hanya UTS kali ini saja, melainkan ujian-ujian sebelumnya juga. Ternyata memang betul ujian membuat kita lebih dekat dengan Sang Khalik, dengan Dia yang memegang nyawa kita, Dia yang selalu memgawasi kita.

Entah kita sadar atau tidak akan hal itu. Tidak jarang kita mengabaikan-Nya dengan membuat dosa-dosa yang padahal kita sadar bahwa Dia Maha Mengetahui, bahwa disamping kita selalu ada hamba-Nya yang selalu mengawasi kita dan siap mencatat setiap apa yang kita kerjakan, apapun itu bahkan sekecil jahra pun dicatatnya. Tapi terkadang kita hilaf dan merasa bahwa Dia tidak mengetahui apa yang sedang kita perbuat. Ya Rabb maafkanlah hamba-Mu ini yang selalu berbuat dosa.

Senin kemarin, sore itu hujan turun dengan derasnya. Aku berteduh disalah satu tempat orang berbelanja untuk keperluan sehari-hari. Disana aku mendapatkan sesuatu yang sangat berharga sekali. Sebuah kehangatan dalam dinginnya hujan. Sebuah senyuman.

Ditempat itu bukan hanya aku yang berteduh. Ada beberapa orang disana. Salah satunya laki-laki paruh baya. Bisa dibilang dia orang hebat. Dengan keterbatasan fisiknya ia mencari nafkah dengan menjaga kendaraan yang parkir disana. Sungguh pemandangan yang luar biasa bukan ?

Dia berjuang dengan segala yang dia punya demi melanjutkan hidup yang mungkin terasa sangat kejam bagi dirinya. Dia mengingatkanku kepada rasa SYUKUR yang selama ini terkubur. Dia memunculkan lagi rasa itu. Ya Rabb maafkan aku yang selalu melihat keatas tanpa melihat kebawah. Maafkan aku yang selalu mengeluh dengan apa yang Engkau berikan padaku. Ternyata dengan bersyukur hati ini jadi lebih tenang dan merasa bahagia. Semoga kita semua menjadi orang yang selalu bersyukur. Amin.

Sore itu aku membeli sedikit makanan ringan dan sebotol minuman. Sembari menikmati indahnya hujan deras, aku menikmati makanan kecil itu. Karena merasa aku tidak akan bisa menghabiskan makanan ini, lalu aku berikan sedikit makananku kepadanya. Disinilah kejadian luar biasa itu hadir. Dia tersenyum dan mengatakan terimakasih. Dia tersenyum. Sekali lagi dia tersenyum. Inilah kekuatan BERBAGI. Berbagi tidak harus hal yang besar. Hal kecil pun bisa membuat orang tersenyum, bahagia.

Itulah kekuatan berbagi. Berbagi tidak akan mengurangi apa yang kita punya. Mungkin secara matematis iya. Tapi pada kenyataannya malah akan menambah apa yang kita punya. Berbagi akan menciptakan ikatan yang entah disebut apa itu, tetapi ikatan yang terbentuk adalah ikatan yang kuat dan positif. Dengan berbagi kepada orang lain kita pasti akan diberi oleh orang lain. Dengan berbuat baik kepada orang lain, kita akan diperlakukan baik dengan orang lain. Hidup itu adil bukan ?

Berbagi juga melatih keikhlasan kita. Ikhlas untuk semuanya. Keikhlasan hati…

Senin, 01 Oktober 2012

Matahariku


Pagi ini aku kembali menemukan matahariku
Matahari yang menerangiku dari kegelapan malam
Matahari yang menghangatkanku dari dinginnya embun pagi
Dulu sempat terbesit dibenakku
Bahwa aku tidak akan pernah melihat indahnya mentari dipagi hari
Dulu…aku sibuk mencari-cari matahariku
Namun, aku tidak dapat menemukannya
Dan akhirnya, keajaiban pun muncul
Dengan tanpa disengaja, tanpa disadari
Matahariku terbit tepat dihadapanku
Ketika aku merasa semuanya telah berakhir sampai disini
Dan saat itu pula
Harapan kembali muncul
Hatiku semakin yakin
Bahwa akan selalu ada matahari yang menerangi jalanku

Rabu, 26 September 2012

Sekilas


Semakin sulit sesuatu itu didapatkan, maka nilai yang terkandung didalamnya akan semakin tinggi atau dalam kata lain, sesuatu itu akan semakin berharga atau semakin bernilai yang tak ternilai.
                Banyak orang berkata demikian. Ya memang begitulah kenyataannya. Sesuatu yang sulit didapatkan itu, untuk mendapatkannya perlu usaha yang lebih keras dari biasanya, butuh mata yang melihat lebih lama dari biasanya, butuh tangan yang bekerja lebih lama dari biasanya, butuh kaki yang melangkah lebih jauh dari biasanya, dan butuh do’a yang lebih khusyuk dari biasanya. Ya, itulah yang harus dikerjakan bagi siapapun yang ingin memperoleh sesuatu yang berharga tersebut, termasuk saya.
                Bukankah sesuatu yang sulit didapatkan itu akan memberikan kepuasan maksimum ? Bukankah sesuatu yang tertutup rapat namun memancarkan aura kesejukan itu akan memberikan kedamaian ? Bukankah semakin sesuatu itu tidak bisa ditawar, semakin menunjukkan bahwa sesuatu itu bukanlah barang murahan ?
                       Ya, itulah Kamu. Sosok Idaman.
              
Naras

Minggu, 08 Juli 2012

Karena 'Mati Lampu'


Malam ini, seperti malam-malam biasanya. Tidak ada yang berbeda, tidak ada sesuatu yang aneh, kecuali sebuah kehangatan yang tengah aku rasakan saat ini, kehangatan yang selama ini aku rindukan. Sebuah kehangatan yang mungkin tidak dapat dirasakan oleh setiap orang. Kehangatan yang bisa membuat hati ini sejuk, nyaman, dan betah berada dirumah. Ya…Kehangatan Keluarga….


Malam ini, gelap, setiap malam selalu gelap, ditambah dengan ‘mati lampu’ yang tak kunjung nyala menambah suasana gelap malam ini, hati ini.


Namun, gelapnya malam ini membawa hikmah yang begitu besar, yang terkadang banyak orang tidak sadar akan nikmat yang satu ini, kehangatan sebuah keluarga. Malam ini karena ‘mati lampu’, aku, kakakku, adekku, dan ibuku, umiku, berkumpul disebuah ruangan yang tidak terlalu besar, namun cukup untuk menampung kami berempat. Malam ini begitu spesial bagiku, akhirnya kami berempat dapat berkumpul dan bercanda tertawa bersama, sungguh nikmat yang luar biasa sekali dapat berkumpul bersama mereka.


Canda tawa khas keluargaku membuat malam ini tidak lagi gelap, membuat malam ini tidak lagi dingin, membuat malam ini terasa hangat, terasa menyejukkan.


Aku bersyukur masih memiliki keluarga. Memiliki seseorang yang selalu mendukungku, memiliki seseorang yang selalu mengingatkanku saat aku tersesat. Memiliki seseorang yang bisa membuatku sadar betapa berharganya hidup dalam kesederhanaan, dalam kehangatan keluarga.


Tak jarang sekarang ini banyak orang yang hidup sebatang kara. Yang tak tahu siapa orangtua mereka, yang tak tahu darimana mereka berasal, yang tahu rasanya kehangatan keluarga.


Malam ini, membuatku terenyuh karena suasana rumah. Selama ini dengan kesibukanku, kesibukan kakakku, kesibukan semua saudaraku, kami jadi jarang berkumpul seperti malam ini. Namun karena ‘mati lampu’ ini. Aku, bukan, tapi kami sadar betapa kehangatan keluarga itu benar-benar membuat hati kami menjadi hangat, menjadi sejuk.


Kelak aku akan mendirikan bahtera rumah tanggaku sendiri. Kelak aku akan menjadi kepala rumah tangga. Kelak aku akan memiliki keluarga, keluarga yang akan selalu memberikan kehangatan bagiku, bagi seluruh anggota keluargaku.

Untuk kamu….ya untuk KAMU…. 

Sabtu, 09 Juni 2012

Ibu...Malaikat Tak Bersayap


Apa yang akan aku tulis saat ini adalah tentang seseorang. Bagiku dia adalah seorang malaikat. Ya seorang malaikat, malaikat tak bersayap. Yang selalu bisa membawaku terbang, memberiku rasa nyaman yang teramat sangat, yang selalu ada disaat hati ini senang ataupun susah, hingga bisa membuatku menjadi sekarang ini, sebesar ini, sepintar ini, sesehat ini. Ya dialah seorang ibu.

Ibu…dialah kunci besar kesuksesanku selama ini. Dialah penuntunku. Dialah sahabat terbaikku. Dialah kado terindah yang diberikan Allah untukku. Allah memiliki rencana bagaimana Ia menuntun hamba-Nya untuk menuju pada-Nya, untuk mengetahui kebesaran-Nya. Ya salah satunya melalui seorang ibu.

Umi, begitu aku memanggilnya. Malam ini aku teringat sosok umi. Sosok seorang ibu yang selalu ada disaat aku membutuhkannya, disaat aku menangis untuk mendapatkan susu, disaat aku kedinginan karena udara malam, disaat aku ketakutan karena gelapnya malam.

Malam ini semua memori itu terputar kembali dibenakku, dalam pikiranku, dalam hatiku. Semua pengorbanan yang telah umi lakukan demi aku, anaknya. Pengorbanan yang umi lakukan tidak sebanding, bahkan jauh…jauh…sangat jauh…dengan apa yang telah aku capai saat ini. Aku yang sekarang adalah aku yang masih belum bisa membalas semua yang telah umi berikan kepadaku.

Saat itu aku masih kecil, bahkan sekarang pun aku masih tetap kecil, dibandingkan dengan apa yang telah Allah berikan kepadaku. Aku teringat waktu itu, saat usiaku baru menginjak 5 tahun. Ya mungkin 5 tahun, yang jelas ketika aku masih harus diimunisasi. Ketika aku hendak ditimang oleh petugas imunisasi tersebut, aku menangis. Ya aku menangis. Apa yang aku rasakan saat itu adalah aku akan kehilangan orangtuaku, ibuku, umi-ku. Sejenak aku berpikir, sangat besar sekali apa yang telah umi berikan kepadaku sehingga aku tidak ingin ia pergi, bahkan hanya untuk sekedar menimbang berat badan pun saja aku tidak sanggup. Aku menangis.

Taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga aku kuliah seperti ini semuanya berkat orangtuaku, ibuku, umi-ku. Lantas aku berpikir, apa yang sudah aku berikan untuk umi-ku ? aku berpikir…aku berpikir…hanya sedikit yang telah aku berikan untuk umi-ku. Hanya sedikit…

Hal yang sering aku beri kepada umi-ku adalah beban. ‘umi aku minta uang segini untuk membeli ini’, padahal aku tahu waktu itu umi-ku sedang tidak memegang banyak uang, sedangkan aku hanya bisa memaksakan kehendakku. Beruntunglah jika orangtua kita adalah orang berada. Itu sebuah kelebihan. Sedangkan keluargaku adalah keluarga ‘waluya’, waktu perlu aya, maksudnya ketika kita membutuhkan sesuatu pasti ada jalannya. Tega sekali aku memaksakan kehendakku sementara umi-ku pun serba pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kami pada saat itu.

Teringat jelas ketika keluargaku masih utuh. Saat itu sedang musim scooter, otopet, begitu aku menyebutnya. Tiba-tiba saja di sore itu, bapakku membawakan ku sebuah otopet. Senangnya bukan main, begitu perhatiannya bapakku itu terhadap anak-anaknya. Termasuk padaku. Saat itu semuanya berjalan dengan baik. Kebutuhan kami dapat tercukupi. Hingga hari dimana Bapakku mengalami kecelakaan dan beliau tidak bisa lagi bekerja dan setelah beberapa tahun kemudian bapakku pergi meninggalkan aku, adikku, kakakku, juga ibuku, umi-ku. Saat itu semua tugas bapakku menjadi tugas umi-ku.

Bisa dibayangkan begitu kuatnya umi-ku. Mengatur segalanya dalam keluargaku. Bisa dibayangkan begitu besarnya, begitu banyaknya keringat yang telah ia keluarkan untuk kami, anak-anaknya. Sementara apa yang aku berikan hanya sebuah beban. Tidak! Bukan sebuah, tetapi banyak.

Aku yakin semua ibu didunia seperti umi-ku. Begitu juga ibumu. Ya ibumu…engkau. Coba ingat-ingat apa yang telah engkau berikan kepada orangtuamu, kepada ibumu. Apakah engkau telah memberikan kebahagiaan tak terhingga untuk ibumu ? seperti apa yang telah ibumu beri kepadamu.

Seorang ibu akan mendengarkan keluhan atau masalah yang sedang dihadapi anaknya, walaupun ia tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Seorang Ibu akan sangat bahagia jika anaknya bahagia dan seorang ibu akan jauh lebih banyak meneteskan airmata dibandingkan anaknya jika anaknya sedang dilanda kesedihan. Seorang ibu akan selalu tetap tersenyum walau beratnya beban yang sedang ia pikul. Seorang ibu akan selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Bahkan ia rela berpuasa agar anaknya dapat makan saat itu. Seorang ibu akan rela mengatakan, “makanlah makanan itu nak…ibu sudah kenyang”. Semua itu karena cinta kasih sayang terhadap anaknya.

Ingat! surga ditelapak kaki ibu. Ridho Allah tergantung dari Ridho orangtua, ridho seorang ibu.

Beruntunglah jika kamu masih memiliki orangtua, ayah dan ibu. Banyak diantara kita yang sudah yatim-piatu. Maka berikanlah yang terbaik yang kamu punya, yang kamu bisa. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum ayah dan ibumu dipanggil oleh Sang Pencipta. Jadilah anak yang soleh/solehah, dan selalu berbaktilah kepada orangtua. Ingat! salah satu amalan yang tidak akan pernah putus adalah do’a anak yang soleh. Bahagiakan mereka. Itu juga menjadi salah satu cita-citaku. Membahagiakan mereka. Membahagiakan mereka…semoga aku bisa ya Allah, amin.

Umi…engkau adalah ibu terhebat. Terimakasih ibu…terimakasih umi….tiada kata terindah yang dapat kuucapkan selain kata ‘terimakasih’ atas segalanya….


Rabu, 06 Juni 2012

Manusia Tidak Bisa Hidup Sendiri


Manusia tidak bisa hidup sendiri. Mungkin terdengar klasik, tetapi begitulah kenyataannya. Disetiap waktu dan disetiap kesempatan, manusia pasti membutuhkan yang namanya ‘teman’. Teman untuk berbagi kesedihan maupun kesenangan. Teman yang bisa mengingatkan kita dikala kita menempuh jalan yang salah, yang bisa memberikan kita jalan keluar dikala kita tersesat disuatu tempat yang asing. Ya itulah teman…

            Hal ini sempat terlintas dibenak pikiran saya. Ketika saya sedang sendiri dan tidak ada yang bisa dikerjakan, muncullah hasrat untuk berhubungan dengan orang lain. Baik dalam bentuk berdialog (dibaca ngobrol), sms, atau sekedar twitteran. Saat itu saya sadar, betapa benar ‘manusia tidak bisa hidup sendiri’. Saya termasuk orang yang tidak bisa hanya berdiam diri saja, harus ada sesuatu hal yang dapat dikerjakan. Apapun itu, selama membuat saya nyaman.

            Saya yakin kita pernah merasakan hal ini. Ketika kita tidak memegang HP atau saat kita tidak bisa mengakses internet dan juga tidak bisa hanya sekedar menonton televisi. Hal yang ingin kita lakukan saat itu adalah berhubungan dengan orang lain. Begitu bergantungnya kita pada hubungan yang terjalin dengan orang lain. Betapa menyenangkannya hati ini jika memiliki banyak teman. Salah satu kunci untuk itu yaitu dengan ‘BERBAGI’. Ya berbagi. Tiada kata yang lebih indah selain kata ‘berbagi’. Ketika kita senang, bagikanlah kepada yang lainnya. Ketika kita sedih bagikanlah kepada yang lainnya, sehingga mereka aka mengetahui apa yang kita rasakan. Kita senang, mereka senang. Kita sedih, mereka akan menghibur kita.

Begitu indahnya kata ‘berhubungan’.

Perlu kita tahu bahwa hubungan itu tidak selalu kepada sesama manusia. Hubungan yang erat antara kita dan Sang Khalik juga sangat perlu diperhatikan. Bukan saja hubungan horizontal, tetapi juga hubungan vertikal. Bukan hanya Habluminannas, tetapi juga Habluminallah. Sering kita merasakan sepi, kita sendiri, tidak ada yang memperhatikan. Padahal Allah selalu bersama kita. Kita bisa mencurahkan semuanya kepada Allah. Niscaya kita akan merasakan ketenangan batin yang luar biasa.

Cobalah kawan ! lebih dekatkan dirimu dengan Sang Khalik. Saya pribadi masih jauh dari itu, tetapi saya akan selalu berusaha. Allah lah Tuhan semesta alam. Tiada Tuhan selain Allah. Kita juga bisa mencontoh dari Rasul kita, Nabi Muhammad saw. Semoga kita termasuk kedalam orang yang beriman dan mendapatkan ridho-Nya…amin.

Cobalah kawan J


Selasa, 05 Juni 2012

BARU KEMARIN


Baru kemarin…
Hanya sebentar saja engkau mampu mengubah segalanya…
30 menit itu telah menerbitkan harapan di masa depan…
Harapan akan keyakinanku akan masa depan itu…

                Baru kemarin…
                Kemarin yang terlihat kelabu…
                Kini terlihat sedikit lebih cerah…
                Sedikit…sedikit tapi pasti

Hari ini hujan…
Ya hari ini hujan…
Namun aku percaya…
Tidak ada pelangi yang muncul tanpa hujan…

                Baru kemarin…

Minggu, 03 Juni 2012

Sebuah Kebetulan yang Indah


Kebetulan atau ketidaksengajaan adalah sesuatu yg tidak bisa kita prediksi. Datang begitu saja tanpa kompromi terlebih dahulu. Kadang indah dan terkadang diluar keinginan kita. 

Yang namanya hidayah bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan hidayah itu biasanya memberikan perubahan yang begitu signifikan. Allah Maha Berencana dan Maha Pembalik Hati. Apa yg Ia rencanakan pasti yg terbaik untuk hamba-Nya. 

Pagi itu, tak terbayangkan juga tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa aku akan mendapatkan sesuatu yg benar-benar indah, menurutku. Apa yang tercermin dalam hati tiba-tiba saja muncul didepan mata. Hal yg membuat semangat ku untuk 'mencari' tiba-tiba datang. Hal yang memberikan banyak pencerahan, banyak energi positif. Karenanya rasa ingin tahuku muncul, karenanya cara berpikirku berubah dan karena hal itu begitu indah.

Besar harapanku terhadap hal itu. Semoga Allah mendengar dan mengabulkan semua doaku. amin.

Kebetulan ? ya mungkin ini adalah sebuah kebetulan. Sebuah Kebetulan yang Indah...

Kamis, 15 Maret 2012

Awal...


Kamis, 15 Maret 2012. Hari ini mungkin hari yang melelahkan. Ngantuk, ya. Tapi banyak banget yang menjadi Inspirasi gua hari ini. Mungkin gua mulai dari pagi kali ya.

Layaknya mahasiswa pada umumnya, gua yang notabene seorang mahasiswa bangun kesiangan. Bukan disengaja tentunya, bukan tanpa disengaja juga, ada satu dan lain hal yang bikin gua bangun kesiangan, mungkin salah satunya 'tugas'. Ya tugas. Bisa dibilang semester 4 ini merupakan semester tersibuk selama gua kuliah. Oh iya, sebelumnya perkenalkan nama gua Ahmad Sopian, seorang mahasiswa di IPB Departemen Agribisnis. Promosi dikit ya, Agribisnis IPB ini Agribisnis terbaik se-Indonesia loh *bangga nih haha*. Gua masuk kuliah tahun 2010. Di Universitas lain biasanya nyebut angkatan itu dengan tahun ya, misalnya angkatan 2010, tapi IPB ini beda, bukan berdasarkan tahun masuk, tapi berdasarkan tahun IPB berdiri. Dan gua sekarang angkatan 47. Udah punya junior lah, ada angkatan 48. Ok lanjut lagi ke masalah hari ini ya. Tugas di semester 4 ini banyak banget, tiap minggu pasti ada aja tugas. Mulai dari bikin paper, survei ke pasar buat nyari bisnis yang unik, sampe analisis artikel yang semua tulisannya pake BAHASA INGGRIS. Guanya belum jago sih, jadi rada berat juga untuk memahaminya, haha. sekarang hampir tiap hari gua tidur diatas jam 12 malem. Bisa tidur jam 9 malem itu udah kaya dapet sesuatu yang bener-bener juara deh. Belakangan ini dengan kesibukan gua yang bukan karena cuma tugas doang, tapi karena gua ikut kepanitiaan sama organisasi juga, udah bikin gua susah untuk dapet waktu buat santai-santai dikit. Buat beresin novel aja gua ga sempet, padahal novelnya bagus dan gua ga beres2 bacanya.

Dari kemaren gua udah buat jadwal buat hari ini. Hari ini bakal ada futsal jam 12 sama jam 6 sore, terus bakalan ada rapat general bina desa. catetan di bina desa ini gua ikut berpartisipasi dalam FEM Mengajar. Gua jadi pengajarnya, jadi pendidik merupakan salah satu impian gua. Sebelum RG itu gua ada jam kuliah. Kuliah hari ini asik banget. Di mata kuliah Negosiasi dan Advokasi Bisnis responsi tadi ada simulasi negosisasi gitu. Seru banget negosisasinya. Dan sayangnya gua cuma bisa nonton doang. Tak apa gua ikut menikmatinya dan gua juga dapet ko esensi yang ingin disampeinnya. 

RG bina desa mulai jam 7 malem, tapi gua dateng jam 7.15 malem. gua bingung abisnya dateng kepagian haha. oh iya sebelumnya gua ikut rapat Hipma dulu, rapat D'Soul. kebetulan gua juga menjabat sebagai Badan Pengawas Hipma. Ketika RG tadi ada quote yang gua kutip dari ketua Bem FEM, ka Palung, gini bunyinya:

'kalo kita tidak bisa menjadi pohon beringin yang kokoh diatas bukit, cukuplah kita menjadi belukar disawah. Dan bila kita tidak sanggup untuk menjadi jalanan yang panjang, cukuplah kita menjadi jalan setapak yang bisa mengantarkan ke mata air'. 

ngena banget ini ke gua. Lakuin hal kecil yang kita bisa dulu, jangan langsung muluk ngelakuin hal-hal gede. Lakukan perubahan pada diri kita dahulu, sebelum kita merubah orang lain, ke hal yang lebih baik tentunya.

Mungkin yang bikin lelah tuh karena padatnya kegiatan gua hari ini. Malem ini juga gua sadar, gua dikelilingi orang-orang hebat. Gua juga ingin seperti mereka, menjadi 'BESAR', 'SUKSES'. Hari ini telah membuka mata dan batin gua juga. Gua bakalan berusaha untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.