بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Selasa, 02 April 2013

Satukan Dunia dengan Berbagi

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, yang tidak bisa melakukan semuanya sendiri, melainkan makhluk yang selalu ingin berhubungan dengan orang lain, membutuhkan bantuan orang lain, bahkan mencintai orang lain.
Ngopi...satu kata sederhana yang memberikan banyak makna. Ngopi...satu kata saja namun menghangatkan banyak orang. Ngopi...satu kata hangat mencairkan suasana. Ya kisah ini berawal dari secangkir kopi panas.
Hari ini hujan. Namun aku tetap melanjutkan perjalananku menuju rumah. Jarak dari kampus ke rumah tidak begitu jauh, juga tidak terlalu dekat. Hanya sekitar satu jam perjalan dengan sepeda motorku, sepeda kesayanganku, teman seperjalanku. Sahabat sejatiku yang selalu menemaniku kemanapun, tidak pernah mengeluh dan tidak pernah mengatakan lelah.
Laptop dipunggungku sudah tidak kuat menahan dinginnya air hujan. Sepatu Converse ku sudah tidak lagi kering. Dan gigi-gigiku pun sudah mulai beradu satu sama lain. Tubuhku bergetar.  Akhirnya ku putuskan untuk menepi sebentar di sebuah warung kopi. Warung kecil di pinggir jalan. Dengan lampu redupnya warung kopi ini terlihat hangat. Dengan hanya melihatnya aku dapat merasakan hangatnya suasana dalam warung itu. "Mba, kopi-nya satu ya mba" begitu kataku. Berselang beberapa menit kemudian akhirnya kopi pesananku tiba dihadapanku. Ku seruput sedikit demi sedikit. Hangat...terasa hangat. Sejenak ku dapat melupakan derasnya hujan malam ini. Ku lupakan sejenak kuyupnya sehelai kain yang membungkus daging dan tulangku.
Tak lama setelah kedatanganku, masuklah seorang laki-laki paruh baya dengan pakaian basah kuyupnya dia menggigil. Ku perhatikan sekelilingku...tidak ada yang menghiraukan lelaki paruh baya ini. Entah apa yang salah dengan mereka, atau apa yang salah dengan lelaki ini, atau hanya aku yang aneh, merasa kasian dengan lelaki paruh baya dengan baju lepeknya ?
Akhirnya ku putuskan untuk memulai sebuah percakapan sederhana. "emm bapak dari mana mau kemana ?". "Kakek dari Laladon mau pulang dek", begitu jawabnya. Setelah kami bercakap-cakap akhirnya ku putuskan untuk memberikan secangkir kopi yang ada dihadapanku  pada Lelaki luar biasa ini. "Makasih ya dek" tiga kata yang membuat hatiku bergetar. Bukan karena ucapan terimakasihnya, melainkan karena binar matanya. Sungguh saat itu membuat hatiku tenang. Indahnya berbagi. Berbagi kebahagiaan bersama orang lain.
Setelah kejadian itu akhirnya hujan pun reda. Aku berpamitan pada Lelaki tua itu. Ku cium tangannya. Sekilas ku ingat almarhum Bapakku. Bapak yang selalu memberikan kehangatan. Bapakku telah pergi meninggalkan ku beserta keluarga. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap meneruskan hidup kami. Karena kami percaya, Bapakku akan baik-baik saja disana. Kelak nanti kami akan menyusulnya. Kupikir, sekarang bagaimana kita mempersiapkan bekal yang akan kita bawa nanti. Oh Bapakku, semoga kelak kita akan berkumpul lagi di Surga-Nya yang indah.
Dari kisah tersebut aku sadar, betapa indahnya membuat orang lain tersenyum. Sungguh kepuasan batin yang tidak akan bisa didapat dengan apapun kecuali dengan 'Berbagi'.
Dan saat itu pula aku sadar, kita tidak hidup sendiri. Masih banyak orang lain diluar sana. Dan akhirnya ku mengerti, hanya dengan berbagi kita dapat menyatukan dunia.

Minggu, 24 Februari 2013

PERILAKU KONSUMEN, CONSUMER BEHAVIOUR IKK 231, 2013

AHMAD SOPIAN

Undergraduate Student Majoring in Agribusiness Department of Agribusiness
Faculty of Economics and Management
Bogor Agricultural University

Notes on Consumer Behaviour Class IKK 231

Perilaku konsumen merupakan tindakan seseorang dalam memilih barang dengan harga yang relatif murah namun dengan kualitas terbaik. Perilaku konsumen juga dapat dikatakan sebagai hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Perilaku konsumen berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan.
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diterapkan dalam beberapa hal, seperti merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik, dan membantu penyebaran ide diantara konsumen.

QUESTION - CONSUMER BEHAVIOR CLASS IKK 231 2013

Pertanyaan BAB IX (Pengaruh Agama Terhadap Perilaku Konsumen)
Sejauh manakah peran kelembagaan keagamaan di Negara berkembang, khususnya negara muslim seperti Indonesia, dalam pemberantasan pelaku usaha yang merugikan masyarakat muslim ? Sebagai contoh masih banyak pelaku usaha yang masih menjual minuman keras secara bebas.

Pertanyaan BAB X (Budaya)
Indonesia dikenal sebagai negara konsumen. Betulkah demikian ? Lalu bagaimana cara agar Indonesia bisa mengubah budaya konsumtif menjadi budaya yang produktif ? Sebagai contoh Indonesia banyak mengimpor barang dari negara lain, misalnya sepeda motor.

Pertanyaan BAB XI (KARAKTERISTIK DEMOGRAFI, SOSIAL, DAN EKONOMI KONSUMEN)
Terkadang produsen dapat salah sasaran mengenai target pasar yang dituju. Hal ini ditunjukkan dengan minimnya angka penjualan. Bagaimanakah cara agar produsen atau pelaku bisnis tersebut  dapat meningkatkan penjualannya ? Misalnya dengan mengubah target pasarnya atau menarik produk tersebut dan me-rilis produk baru dengan target pasar yang sama ?

Based on Consumer Behavior Text Book by Ujang Sumarwan 
Picture1Picture2
Ujang Sumarwan. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.
Lecturers of Consumer Behavior Class Semester  Feb – May  2013
ž Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSC (www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb.ac.id)
Dr. Ir Lilik Noor Yuliati
Ir. Retnaningsih, MS
Megawati Simanjuntak, SP, MS
                  Department of Family and Consumer Sciences
                              College of Human Ecology
                            Bogor Agricultural University

Kamis, 14 Februari 2013

Cinta Sejati

Akhirnya saya bisa menyempatkan waktu untuk kembali menulis. Pernahkah kalian merasakan indahnya jatuh cinta ? Saya yakin kalian pernah merasakannya atau mungkin saat ini kalian sedang dimabuk cinta. Kali ini saya akan berbagi pengalaman mengenai kisah cintaku. Ya kisah cintaku.

Yang namanya jatuh cinta kepada seseorang pastilah ingin kekasih hati kita berada terus didekat kita, selalu menemani kita, dan selalu memberi kesejukan pada diri ini. Dan kita rela melakukan apa saja demi kebahagiaan sang pujaan hati kita, bukan betulkah begitu ? Setiap saat kita memikirkannya, masuk jam makan tidak lupa untuk mengucapkan selamat makan, waktunya tidur mengucapkan semoga mimpi indah, hingga selalu berdoa kepada Sang Khalik, Allah SWT, untuk selalu bersamanya agar langgeng hubungannya. Sungguh luar biasa kekuatan cinta itu.

Ketika cinta kita bertepuk sebelah tangan, sakit hati yang dirasa sungguh luar biasa. Makan terasa tidak enak, tidur terasa tidak nyenyak, terasa seperti ‘Dunia nggak adil buat GUE!’, hingga hajat yang kita buang pun membentuk wajahnya (maaf ini becanda). Saat-saat seperti ini paling senang mendengarkan lagu-lagu mellow, alias lagu-lagu galau. Yang katanya ‘lagu ini pas banget buat GUE!’. Intinya saat patah hati, semua aktivitas yang kita lakukan serasa hambar. Bukan begitu teman-teman ?

            Bagi saya yang bukan pujangga cinta, sakit hati adalah hal yang sudah biasa. Namun, ya masih terasa menyakitkan emang. Apalagi hanya bisa ‘Mencintai Dalam Diam’. Diam-diam cinta gitu ? bukan itu maksud dari Mencintai Dalam Diam. Istilah ini saya dapat dari salah satu sahabat saya, maksud dari Mencintai Dalam Diam yaitu mencintai seseorang tanpa harus mengungkapkannya hingga kita siap untuk melamarnya dan menjadikannya seorang istri, pendamping hidup, untuk selamanya.

            Saya yakin, Mencintai Dalam Diam bagi anak muda zaman sekarang pasti sangatlah susah. Namun, itulah yang seharusnya dilakukan. Pacaran itu dosa kalo dilakukan sebelum menikah. Maka dari itu, menikahlah ! (loh kenapa jadi nyuruh nikah ya ?).

Ok itu benar, namun hal yang paling ingin saya sampaikan adalah kebahagiaan, kebahagiaan sejati. Ini ada sebuah pepatah klasik, menurutnya jika kau ingin berbahagia selama 1 jam, maka tidurlah. Jika kau ingin berbahagia selama 1 hari, maka pergilah memancing. Jika kau ingin berbahagia selama 1 bulan, maka menikahlah. Jika kau ingin berbahagia selama 1 tahun, maka mintalah harta warisan. Dan jika kau ingin berbahagia selama-lamanya, maka cintailah Allah dan Rasul-Nya.

Teman-teman itulah kunci agar kita tidak merasakan sakit hati. Cinta kepada selain Allah dan Rasul-Nya hanyalah akan mendatangkan kekecewaan dan patah hati. Ini bukan berarti kita jangan mencintai sesama manusia, ini juga perlu. Namun yang harus diutamakan adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena cinta pada Allah dan Rasul-Nya lah yang akan memberikan kebahagiaan yang abadi bagi hati kita.

Kamis, 01 November 2012

Mungkin Terlihat Kecil, namun Besar Dampaknya


Akhirnya aku dapat meluangkan waktu untuk menulis lagi. UTS kali ini sungguh membawa berkah yang luar biasa. Bukan hanya UTS kali ini saja, melainkan ujian-ujian sebelumnya juga. Ternyata memang betul ujian membuat kita lebih dekat dengan Sang Khalik, dengan Dia yang memegang nyawa kita, Dia yang selalu memgawasi kita.

Entah kita sadar atau tidak akan hal itu. Tidak jarang kita mengabaikan-Nya dengan membuat dosa-dosa yang padahal kita sadar bahwa Dia Maha Mengetahui, bahwa disamping kita selalu ada hamba-Nya yang selalu mengawasi kita dan siap mencatat setiap apa yang kita kerjakan, apapun itu bahkan sekecil jahra pun dicatatnya. Tapi terkadang kita hilaf dan merasa bahwa Dia tidak mengetahui apa yang sedang kita perbuat. Ya Rabb maafkanlah hamba-Mu ini yang selalu berbuat dosa.

Senin kemarin, sore itu hujan turun dengan derasnya. Aku berteduh disalah satu tempat orang berbelanja untuk keperluan sehari-hari. Disana aku mendapatkan sesuatu yang sangat berharga sekali. Sebuah kehangatan dalam dinginnya hujan. Sebuah senyuman.

Ditempat itu bukan hanya aku yang berteduh. Ada beberapa orang disana. Salah satunya laki-laki paruh baya. Bisa dibilang dia orang hebat. Dengan keterbatasan fisiknya ia mencari nafkah dengan menjaga kendaraan yang parkir disana. Sungguh pemandangan yang luar biasa bukan ?

Dia berjuang dengan segala yang dia punya demi melanjutkan hidup yang mungkin terasa sangat kejam bagi dirinya. Dia mengingatkanku kepada rasa SYUKUR yang selama ini terkubur. Dia memunculkan lagi rasa itu. Ya Rabb maafkan aku yang selalu melihat keatas tanpa melihat kebawah. Maafkan aku yang selalu mengeluh dengan apa yang Engkau berikan padaku. Ternyata dengan bersyukur hati ini jadi lebih tenang dan merasa bahagia. Semoga kita semua menjadi orang yang selalu bersyukur. Amin.

Sore itu aku membeli sedikit makanan ringan dan sebotol minuman. Sembari menikmati indahnya hujan deras, aku menikmati makanan kecil itu. Karena merasa aku tidak akan bisa menghabiskan makanan ini, lalu aku berikan sedikit makananku kepadanya. Disinilah kejadian luar biasa itu hadir. Dia tersenyum dan mengatakan terimakasih. Dia tersenyum. Sekali lagi dia tersenyum. Inilah kekuatan BERBAGI. Berbagi tidak harus hal yang besar. Hal kecil pun bisa membuat orang tersenyum, bahagia.

Itulah kekuatan berbagi. Berbagi tidak akan mengurangi apa yang kita punya. Mungkin secara matematis iya. Tapi pada kenyataannya malah akan menambah apa yang kita punya. Berbagi akan menciptakan ikatan yang entah disebut apa itu, tetapi ikatan yang terbentuk adalah ikatan yang kuat dan positif. Dengan berbagi kepada orang lain kita pasti akan diberi oleh orang lain. Dengan berbuat baik kepada orang lain, kita akan diperlakukan baik dengan orang lain. Hidup itu adil bukan ?

Berbagi juga melatih keikhlasan kita. Ikhlas untuk semuanya. Keikhlasan hati…

Senin, 01 Oktober 2012

Matahariku


Pagi ini aku kembali menemukan matahariku
Matahari yang menerangiku dari kegelapan malam
Matahari yang menghangatkanku dari dinginnya embun pagi
Dulu sempat terbesit dibenakku
Bahwa aku tidak akan pernah melihat indahnya mentari dipagi hari
Dulu…aku sibuk mencari-cari matahariku
Namun, aku tidak dapat menemukannya
Dan akhirnya, keajaiban pun muncul
Dengan tanpa disengaja, tanpa disadari
Matahariku terbit tepat dihadapanku
Ketika aku merasa semuanya telah berakhir sampai disini
Dan saat itu pula
Harapan kembali muncul
Hatiku semakin yakin
Bahwa akan selalu ada matahari yang menerangi jalanku

Rabu, 26 September 2012

Sekilas


Semakin sulit sesuatu itu didapatkan, maka nilai yang terkandung didalamnya akan semakin tinggi atau dalam kata lain, sesuatu itu akan semakin berharga atau semakin bernilai yang tak ternilai.
                Banyak orang berkata demikian. Ya memang begitulah kenyataannya. Sesuatu yang sulit didapatkan itu, untuk mendapatkannya perlu usaha yang lebih keras dari biasanya, butuh mata yang melihat lebih lama dari biasanya, butuh tangan yang bekerja lebih lama dari biasanya, butuh kaki yang melangkah lebih jauh dari biasanya, dan butuh do’a yang lebih khusyuk dari biasanya. Ya, itulah yang harus dikerjakan bagi siapapun yang ingin memperoleh sesuatu yang berharga tersebut, termasuk saya.
                Bukankah sesuatu yang sulit didapatkan itu akan memberikan kepuasan maksimum ? Bukankah sesuatu yang tertutup rapat namun memancarkan aura kesejukan itu akan memberikan kedamaian ? Bukankah semakin sesuatu itu tidak bisa ditawar, semakin menunjukkan bahwa sesuatu itu bukanlah barang murahan ?
                       Ya, itulah Kamu. Sosok Idaman.
              
Naras

Minggu, 08 Juli 2012

Karena 'Mati Lampu'


Malam ini, seperti malam-malam biasanya. Tidak ada yang berbeda, tidak ada sesuatu yang aneh, kecuali sebuah kehangatan yang tengah aku rasakan saat ini, kehangatan yang selama ini aku rindukan. Sebuah kehangatan yang mungkin tidak dapat dirasakan oleh setiap orang. Kehangatan yang bisa membuat hati ini sejuk, nyaman, dan betah berada dirumah. Ya…Kehangatan Keluarga….


Malam ini, gelap, setiap malam selalu gelap, ditambah dengan ‘mati lampu’ yang tak kunjung nyala menambah suasana gelap malam ini, hati ini.


Namun, gelapnya malam ini membawa hikmah yang begitu besar, yang terkadang banyak orang tidak sadar akan nikmat yang satu ini, kehangatan sebuah keluarga. Malam ini karena ‘mati lampu’, aku, kakakku, adekku, dan ibuku, umiku, berkumpul disebuah ruangan yang tidak terlalu besar, namun cukup untuk menampung kami berempat. Malam ini begitu spesial bagiku, akhirnya kami berempat dapat berkumpul dan bercanda tertawa bersama, sungguh nikmat yang luar biasa sekali dapat berkumpul bersama mereka.


Canda tawa khas keluargaku membuat malam ini tidak lagi gelap, membuat malam ini tidak lagi dingin, membuat malam ini terasa hangat, terasa menyejukkan.


Aku bersyukur masih memiliki keluarga. Memiliki seseorang yang selalu mendukungku, memiliki seseorang yang selalu mengingatkanku saat aku tersesat. Memiliki seseorang yang bisa membuatku sadar betapa berharganya hidup dalam kesederhanaan, dalam kehangatan keluarga.


Tak jarang sekarang ini banyak orang yang hidup sebatang kara. Yang tak tahu siapa orangtua mereka, yang tak tahu darimana mereka berasal, yang tahu rasanya kehangatan keluarga.


Malam ini, membuatku terenyuh karena suasana rumah. Selama ini dengan kesibukanku, kesibukan kakakku, kesibukan semua saudaraku, kami jadi jarang berkumpul seperti malam ini. Namun karena ‘mati lampu’ ini. Aku, bukan, tapi kami sadar betapa kehangatan keluarga itu benar-benar membuat hati kami menjadi hangat, menjadi sejuk.


Kelak aku akan mendirikan bahtera rumah tanggaku sendiri. Kelak aku akan menjadi kepala rumah tangga. Kelak aku akan memiliki keluarga, keluarga yang akan selalu memberikan kehangatan bagiku, bagi seluruh anggota keluargaku.

Untuk kamu….ya untuk KAMU…. 

Sabtu, 09 Juni 2012

Ibu...Malaikat Tak Bersayap


Apa yang akan aku tulis saat ini adalah tentang seseorang. Bagiku dia adalah seorang malaikat. Ya seorang malaikat, malaikat tak bersayap. Yang selalu bisa membawaku terbang, memberiku rasa nyaman yang teramat sangat, yang selalu ada disaat hati ini senang ataupun susah, hingga bisa membuatku menjadi sekarang ini, sebesar ini, sepintar ini, sesehat ini. Ya dialah seorang ibu.

Ibu…dialah kunci besar kesuksesanku selama ini. Dialah penuntunku. Dialah sahabat terbaikku. Dialah kado terindah yang diberikan Allah untukku. Allah memiliki rencana bagaimana Ia menuntun hamba-Nya untuk menuju pada-Nya, untuk mengetahui kebesaran-Nya. Ya salah satunya melalui seorang ibu.

Umi, begitu aku memanggilnya. Malam ini aku teringat sosok umi. Sosok seorang ibu yang selalu ada disaat aku membutuhkannya, disaat aku menangis untuk mendapatkan susu, disaat aku kedinginan karena udara malam, disaat aku ketakutan karena gelapnya malam.

Malam ini semua memori itu terputar kembali dibenakku, dalam pikiranku, dalam hatiku. Semua pengorbanan yang telah umi lakukan demi aku, anaknya. Pengorbanan yang umi lakukan tidak sebanding, bahkan jauh…jauh…sangat jauh…dengan apa yang telah aku capai saat ini. Aku yang sekarang adalah aku yang masih belum bisa membalas semua yang telah umi berikan kepadaku.

Saat itu aku masih kecil, bahkan sekarang pun aku masih tetap kecil, dibandingkan dengan apa yang telah Allah berikan kepadaku. Aku teringat waktu itu, saat usiaku baru menginjak 5 tahun. Ya mungkin 5 tahun, yang jelas ketika aku masih harus diimunisasi. Ketika aku hendak ditimang oleh petugas imunisasi tersebut, aku menangis. Ya aku menangis. Apa yang aku rasakan saat itu adalah aku akan kehilangan orangtuaku, ibuku, umi-ku. Sejenak aku berpikir, sangat besar sekali apa yang telah umi berikan kepadaku sehingga aku tidak ingin ia pergi, bahkan hanya untuk sekedar menimbang berat badan pun saja aku tidak sanggup. Aku menangis.

Taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga aku kuliah seperti ini semuanya berkat orangtuaku, ibuku, umi-ku. Lantas aku berpikir, apa yang sudah aku berikan untuk umi-ku ? aku berpikir…aku berpikir…hanya sedikit yang telah aku berikan untuk umi-ku. Hanya sedikit…

Hal yang sering aku beri kepada umi-ku adalah beban. ‘umi aku minta uang segini untuk membeli ini’, padahal aku tahu waktu itu umi-ku sedang tidak memegang banyak uang, sedangkan aku hanya bisa memaksakan kehendakku. Beruntunglah jika orangtua kita adalah orang berada. Itu sebuah kelebihan. Sedangkan keluargaku adalah keluarga ‘waluya’, waktu perlu aya, maksudnya ketika kita membutuhkan sesuatu pasti ada jalannya. Tega sekali aku memaksakan kehendakku sementara umi-ku pun serba pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kami pada saat itu.

Teringat jelas ketika keluargaku masih utuh. Saat itu sedang musim scooter, otopet, begitu aku menyebutnya. Tiba-tiba saja di sore itu, bapakku membawakan ku sebuah otopet. Senangnya bukan main, begitu perhatiannya bapakku itu terhadap anak-anaknya. Termasuk padaku. Saat itu semuanya berjalan dengan baik. Kebutuhan kami dapat tercukupi. Hingga hari dimana Bapakku mengalami kecelakaan dan beliau tidak bisa lagi bekerja dan setelah beberapa tahun kemudian bapakku pergi meninggalkan aku, adikku, kakakku, juga ibuku, umi-ku. Saat itu semua tugas bapakku menjadi tugas umi-ku.

Bisa dibayangkan begitu kuatnya umi-ku. Mengatur segalanya dalam keluargaku. Bisa dibayangkan begitu besarnya, begitu banyaknya keringat yang telah ia keluarkan untuk kami, anak-anaknya. Sementara apa yang aku berikan hanya sebuah beban. Tidak! Bukan sebuah, tetapi banyak.

Aku yakin semua ibu didunia seperti umi-ku. Begitu juga ibumu. Ya ibumu…engkau. Coba ingat-ingat apa yang telah engkau berikan kepada orangtuamu, kepada ibumu. Apakah engkau telah memberikan kebahagiaan tak terhingga untuk ibumu ? seperti apa yang telah ibumu beri kepadamu.

Seorang ibu akan mendengarkan keluhan atau masalah yang sedang dihadapi anaknya, walaupun ia tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Seorang Ibu akan sangat bahagia jika anaknya bahagia dan seorang ibu akan jauh lebih banyak meneteskan airmata dibandingkan anaknya jika anaknya sedang dilanda kesedihan. Seorang ibu akan selalu tetap tersenyum walau beratnya beban yang sedang ia pikul. Seorang ibu akan selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Bahkan ia rela berpuasa agar anaknya dapat makan saat itu. Seorang ibu akan rela mengatakan, “makanlah makanan itu nak…ibu sudah kenyang”. Semua itu karena cinta kasih sayang terhadap anaknya.

Ingat! surga ditelapak kaki ibu. Ridho Allah tergantung dari Ridho orangtua, ridho seorang ibu.

Beruntunglah jika kamu masih memiliki orangtua, ayah dan ibu. Banyak diantara kita yang sudah yatim-piatu. Maka berikanlah yang terbaik yang kamu punya, yang kamu bisa. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum ayah dan ibumu dipanggil oleh Sang Pencipta. Jadilah anak yang soleh/solehah, dan selalu berbaktilah kepada orangtua. Ingat! salah satu amalan yang tidak akan pernah putus adalah do’a anak yang soleh. Bahagiakan mereka. Itu juga menjadi salah satu cita-citaku. Membahagiakan mereka. Membahagiakan mereka…semoga aku bisa ya Allah, amin.

Umi…engkau adalah ibu terhebat. Terimakasih ibu…terimakasih umi….tiada kata terindah yang dapat kuucapkan selain kata ‘terimakasih’ atas segalanya….


Rabu, 06 Juni 2012

Manusia Tidak Bisa Hidup Sendiri


Manusia tidak bisa hidup sendiri. Mungkin terdengar klasik, tetapi begitulah kenyataannya. Disetiap waktu dan disetiap kesempatan, manusia pasti membutuhkan yang namanya ‘teman’. Teman untuk berbagi kesedihan maupun kesenangan. Teman yang bisa mengingatkan kita dikala kita menempuh jalan yang salah, yang bisa memberikan kita jalan keluar dikala kita tersesat disuatu tempat yang asing. Ya itulah teman…

            Hal ini sempat terlintas dibenak pikiran saya. Ketika saya sedang sendiri dan tidak ada yang bisa dikerjakan, muncullah hasrat untuk berhubungan dengan orang lain. Baik dalam bentuk berdialog (dibaca ngobrol), sms, atau sekedar twitteran. Saat itu saya sadar, betapa benar ‘manusia tidak bisa hidup sendiri’. Saya termasuk orang yang tidak bisa hanya berdiam diri saja, harus ada sesuatu hal yang dapat dikerjakan. Apapun itu, selama membuat saya nyaman.

            Saya yakin kita pernah merasakan hal ini. Ketika kita tidak memegang HP atau saat kita tidak bisa mengakses internet dan juga tidak bisa hanya sekedar menonton televisi. Hal yang ingin kita lakukan saat itu adalah berhubungan dengan orang lain. Begitu bergantungnya kita pada hubungan yang terjalin dengan orang lain. Betapa menyenangkannya hati ini jika memiliki banyak teman. Salah satu kunci untuk itu yaitu dengan ‘BERBAGI’. Ya berbagi. Tiada kata yang lebih indah selain kata ‘berbagi’. Ketika kita senang, bagikanlah kepada yang lainnya. Ketika kita sedih bagikanlah kepada yang lainnya, sehingga mereka aka mengetahui apa yang kita rasakan. Kita senang, mereka senang. Kita sedih, mereka akan menghibur kita.

Begitu indahnya kata ‘berhubungan’.

Perlu kita tahu bahwa hubungan itu tidak selalu kepada sesama manusia. Hubungan yang erat antara kita dan Sang Khalik juga sangat perlu diperhatikan. Bukan saja hubungan horizontal, tetapi juga hubungan vertikal. Bukan hanya Habluminannas, tetapi juga Habluminallah. Sering kita merasakan sepi, kita sendiri, tidak ada yang memperhatikan. Padahal Allah selalu bersama kita. Kita bisa mencurahkan semuanya kepada Allah. Niscaya kita akan merasakan ketenangan batin yang luar biasa.

Cobalah kawan ! lebih dekatkan dirimu dengan Sang Khalik. Saya pribadi masih jauh dari itu, tetapi saya akan selalu berusaha. Allah lah Tuhan semesta alam. Tiada Tuhan selain Allah. Kita juga bisa mencontoh dari Rasul kita, Nabi Muhammad saw. Semoga kita termasuk kedalam orang yang beriman dan mendapatkan ridho-Nya…amin.

Cobalah kawan J


Selasa, 05 Juni 2012

BARU KEMARIN


Baru kemarin…
Hanya sebentar saja engkau mampu mengubah segalanya…
30 menit itu telah menerbitkan harapan di masa depan…
Harapan akan keyakinanku akan masa depan itu…

                Baru kemarin…
                Kemarin yang terlihat kelabu…
                Kini terlihat sedikit lebih cerah…
                Sedikit…sedikit tapi pasti

Hari ini hujan…
Ya hari ini hujan…
Namun aku percaya…
Tidak ada pelangi yang muncul tanpa hujan…

                Baru kemarin…